Pages

25 August 2013

10 Hikmah di balik ujian dan cobaan

10 Hikmah di balik ujian dan cobaan

Ujian dan cobaan hidup merupakan Sunnatullah, dimana manusia pada satu waktu akan mengalami keperitan dan kesusahan hidup, atau di hadapkan kepada ujian ujian yang susah seseorang untuk mengelakkannya dan itu adalah satu ketetapan dan hukum Allah yang bersifat pasti dan tetap, berlaku kepada siapapun, kapan dan di mana pun manusia berada, sebagaimana Allah subhanahu wa Ta’ala berfirman:  “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan : "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?” [Al-Ankabut: 2]
 “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”(Al Baqoroh: 155)
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan” (Al Anbiya: 35)

Hikmah di balik ujian

1. Hikmah yang pertama: Dengan adanya ujian dan cobaan yang Allah ta'ala turunkan kepada hamba hambanya agar Allah ta'ala semakin mengetahui siapa di antara hamba hambanya yang benar benar berada di atas kesabaran dan siapa di antara hamba hambanya yang berada dalam keputus asaan.
Allah Ta’ala berfirman :
Artinya “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”. (QS.Al-Baqarah: 155) 
Dan perhatikanlah firmannya:" dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar” (QS.Al-Baqarah: 155) yaitu orang orang yang terus di atas kesabaran ketika tertimpa musibah dan cobaan
oleh karenannya Nabi shalaullauhu 'alahi wasallam bersabda: “Sungguh mengherankan perkaranya orang mukmin, karena setiap perkaranya akan baik baginya, apabila dia mendapatkan kenikmatan maka dia bersyukur dan itu baik bagi dia, dan apabila ia mendapatkan musibah maka ia bersabar maka itupun baik bagi dia” (HR Bukhari)

2. Hikmah yang ke dua: Dengan adanya ujian dan cobaan yang Allah ta'ala turunkan kepada hamba hambanya agar Allah ta'ala  mengetahui siapa yang masih teguh di atas aqidah dan keimanannya di mana orang orang yang sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan mereka pasti akan mengembalikan semua urusannya kepada Allah ta'ala akan tetapi mereka yang runtuh aqidah dan keimannya, mereka akan berpaling dari jalan Allah ta'ala sehingga mereka akan mencari tambatan selain Allah seperti  bergantung kepada kuburan kuburan, jin jin, tangkal tangkal, dukun dukun, tempat tempat keramat dan lain lain.
 Dan golongan yang kedua yaitu orang orang yang runtuh aqidahnya sehingga lari dan bergantung kepada kuburan kuburan, jin jin, tangkal tangkal, dukun dukun, tempat tempat keramat dan lain lain. Adalah orang orang yang melupakan Allah ta'ala sehingga di lupakan Allah,  bahwa segala sesuatu tidak terjadi kecuali atas izin Allah ta'ala
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : “Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah”. (QS. Al-Hadid : 22).
Tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang melainkan dengan izin Allah” (QS. At-Taghaabun : 11).
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda : “Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menetapkan semua takdir seluruh makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi”. (HR. Muslim no. 2653).
Maka selayaknya seorang yang telah meyakini bahwa segala sesuatu terjadi atas izin Allah ta'ala mengembalikan segalanya kepada Allah ta'a'a, dan itu adalah jalan terbaik karena di tangan nyalah masalah dan solusinya
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : “Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya)” (QS an Naml:62).
Sebaliknya jika permasalahan hidup yang di alami seseorang di kembalikan kepada selain Allah sungguh mereka tidak akan sanggup untuk mengeluarkan siapapun dari kesulitan dan cobaan yang sedang di hadapinya
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman “Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. Dan di hari kiamat mereka akan mengingkari kemusyirikanmu dan tidak ada yang dapat memberi keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui. Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.” (QS. Fathir: 14-15).
Oleh karena nya para nabi telah memberikan teladan terbaik kepada kita, agar segala sulitan dan cobaan hidup di hadapi dengan mengembalikan segala urusannya kepada Allah ta'ala.
Allah ta'ala berfirman dalam Al-Quran mengkisahkan tentang Nabi Ayyub : “(ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang". (QS. Al-Anbiya: 83)
Lihat pula sosok Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam. Beliau diuji dengan perintah (melalui mimpi) untuk menyembelih putranya sendiri. Padahal beliau sangat mencintai putranya, bahkan beliau pernah merasakan tekanan jiwa yang sangat pelik ketika harus meninggal putranya dalam keadaan masih bayi bersama ibunya, di lembah lembah Bakkah (Makkah) yang disifati dengan perkataan “bi waadin ghairi dzi zar’in” (di sebuah lembah yang tidak ada tanam-tanaman padanya). [Lihat Surat Ibrahim: 37]. Namun ketika beliau berhasil melewati ujian paling pelik dalam sejarah manusia ini, beliau pun mendapat pujian sangat tinggi dari Allah Ta’ala.
Dalam Al Qur’an disebutkan: “Wa tarakna ‘alaihi fil akhirin, salamun ‘ala Ibrahim, ka dzalika naj-zil muhsinin, innahu min ‘ibadinal mu’miniin” [Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian yang baik) di kalangan manusia-manusia di kemudian hari, keselamatan bagi Ibrahim, demikianlah Kami memberi balasan orang-orang yang berbuat ihsan, dan sesungguhnya Ibrahim termasuk di antara hamba-hamba Kami yang beriman]. Surat As Shaffat: 108-111. Nabi Ibrahim mendapat julukan Khalilullah (kekasih Allah) salah satunya ialah karena ketabahan-ketabahannya menghadapi ujian Allah.

3. Hikmah yang ke tiga: Banyak faidah yang akan di dapat oleh orang yang mendapat ujian dan cobaan kemudian sabar dalam menghadapinya salah satunya Allah ta'ala akan menghapuskan kesalahan kesalahannya dan mengangkat derajatnya, dan hal ini hanya dapat di lakukan oleh orang orang yang betul betul mentauhidkan Allah ta'ala dan mengikhlaskan ibadah hanya kepadanya.
Allah ta'ala berfirman: “Dan apa saja musibah yang menimpamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri,dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS.Asy-Syura:30)

Dari Sahabat Abu Hurairah dan Abu Sa’id radiallahuanhu : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:“Tidaklah seorang muslim ditimpa keletihan, penyakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, kegundah gulanaan hingga duri yang menusuknya melainkan Allah akan menghapuskan sebagian dari kesalahan-kesalahannya. (HR. Bukhari) 
Dari Saad bin Abi Waqqash ia mengungkapkan: “Aku pernah bertanya, “Wahai Rasululloh! Siapakah orang yang paling berat cobaannya?” Beliau menjawab: “Para nabi, kemudian orang-orang shalih, kemudian yang sesudah mereka secara berurut menurut tingkat keshalihannya. Seseorang akan diberi ujian sesuai dengan kadar agamanya. Bila ia kuat, akan ditambah cobaan baginya. Kalau ia lemah dalam agamanya, akan diringkankan cobaan baginya. Seorang mukmin akan tetap diberi cobaan, sampai ia berjalan di muka bumi ini tanpa dosa sedikitpun.” (HR. Al-Bukhari)
“Tidaklah seorang muslim tertusuk duri atau yang lebih dari itu,melainkan ditetapkan baginya dengan sebab itu satu derajat dan dihapuskan pula satu kesalahan darinya” (HR.Muslim).

4. Hikmah ke empat: Allah ta'ala akan melipat gandakan pahala dan ganjaran bagi orang yang sabar dan pasrah akan segala ketentuan Allah ta'ala baik yang baik ataupun yang buruk, baik berupa ni'mat atau pun musiabah ujian dan cobaan
Dari Saad bin Abi Waqqash ia mengungkapkan: “Aku pernah bertanya, “Wahai Rasululloh! Siapakah orang yang paling berat cobaannya?” Beliau menjawab: “Para nabi, kemudian orang-orang shalih, kemudian yang sesudah mereka secara berurut menurut tingkat keshalihannya. Seseorang akan diberi ujian sesuai dengan kadar agamanya. Bila ia kuat, akan ditambah cobaan baginya. Kalau ia lemah dalam agamanya, akan diringkankan cobaan baginya. Seorang mukmin akan tetap diberi cobaan, sampai ia berjalan di muka bumi ini tanpa dosa sedikitpun.” (HR. Al-Bukhari)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya besarnya balasan tergantung besarnya ujian, dan sesungguhnya Allah Ta'ala apabila mencintai suatu kaum maka Allah akan menguji mereka (dengan suatu musibah), maka barangsiapa yang ridha maka baginya keridhaan (dari Allah) dan barangsiapa yang marah maka baginya kemarahan (Allah)." (HR. At-Tirmidzi no.2396 dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ánhu, lihat Silsilah Ash-Shahiihah no.146)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, maka didahulukan baginya hukuman di dunia (berupa musibah dan kesusahan agar terhapus dosa-dosanya), dan apabila Dia menghendaki keburukan pada hamba-Nya, maka Dia akan menahan darinya (membiarkannya) dengan dosa-dosanya sehingga (dosa-dosa tersebut) dibalas pada hari kiamat”. (H.R. Turmudzi, dia berkata: Hadis Hasan).
5. Hikmah ke lima: Dengan adanya ujian dan cobaan seorang hamba yang mu'min akan semakin sadar bahwa keduanya datang salah satu penyebabnya adalah kemaksiatan dan perbuatan dosa yang dilakukan hamba terhadap robbnya, sehingga seorang mu'min akan bersegera bergegas untuk bertaubat dan mengingat Allah ta'ala kembali, betapa banyak orang yang sadar dan bertaubat setelah di timpa ujian dan cobaan dan itu bisa kita rasakan dan saksikan.
Ibnul Qayyim –rahimahullah dalam kitabnya Ad-Da’ Wa Ad-Dawa’ menyebutkan riwayat-riwayat berikut ini (hlm 72-74): Ibnu Abi Ad-Dunya –rahimahullah meriwayatkan dari Anas bin Malik –radhiallahu anhu, bahwasanya beliau dan seorang lagi masuk menemui  ummulmu'minin  ‘Aisyah –radhiallahu anha, lalu orang tersebut berkata: “Wahai Ummul Mukminin! Beritahukanlah kepada kami tentang gempa.”
Maka ‘Aisyah –radhiallahu anha menjawab: “Apabila mereka telah memperbolehkan perzinahan, meminum khamer, memainkan alat musik, maka Allah –subhanahu wa ta’ala marah di langitNya dan berfirman kepada bumi: “Bergoncanglah atas mereka! Jika mereka bertaubat dan meninggalkan perbuatan tersebut (berhentilah), jika tidak, maka hancurkanlah mereka!”
Orang tersebut berkata: “Wahai Ummul Mukminin! Apakah itu adzab atas mereka?” Beliau menjawab: “Itu adalah peringatan dan rahmat bagi orang-orang beriman, dan hukuman, adzab serta murka atas orang-orang kafir.”
Berkata Anas –radhiallahu anhu: “Aku tidak pernah mendengar hadis sepeninggal Rasulullah –sallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam yang lebih menyenangkanku daripada hadis ini.”
Imam Ahmad bin Hanbal –rahimahullah meriwayatkan dari Shafiyyah –radhiallahu anha, beliau berkata: “Bumi bergoncang di Madinah pada masa Umar –radhiallahu anhu, lalu beliau berkata: “Wahai manusia! Ada apa ini? Alangkah cepat penyimpanganmu! Kalau sekiranya bumi telah kembali seperti semula aku tidak akan tinggal bersamamu di sana.”
Berkata Ka’ab –rahimahullah: “Sesungguhnya terjadinya gempa bumi adalah apabila dilakukan kemaksiatan di atasnya, lalu bumipun bergetar takut apabila Allah-subhanahu wa ta’ala mengetahuinya.” (Riwayat-riwayat diatas tidak diberi komentar oleh pentahqiq kitab tersebut Syaikh Ali Hasan)

6. Hikmah ke enam: Ujian dan cobaan dapat menghilangkan perasaan ujub dan takabbur (bangga diri dan kesombongan)
Allah ta'ala berfirman menjelaskan tentang kekalahan para sahabat di perang hunain:
لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ فِي مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئًا وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُدْبِرِينَ
Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai Para mukminin) di medan perang yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, Yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah (mu), Maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang Luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai.” (Qs. At Taubah : 25)

Abu Bakar al Jazairi mengatakan “Ingatlah ketika kalian memerangi kabilah hawazin, sebagai nostalgia tentang kekalahan yang menimpa kaum muslimin yang disebabkan karena kesalahan diantara mereka yakni sombong dan tertipu dengan banyaknya jumlah. “Hari ini kita tidak akan dikalahkan di lembah ini” kata mereka, hingga ketika para musuh melemparkan manjaniq dan anak panah sedangkan kaum muslimin tidak tahu bagaimana menangkisnya seakan bumi ini menjadi sempit. Kemudian merekapun berbalik lari kebelakang dengan bercerai berai, dan hampir tidak ada yang tetap teguh kecuali Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Aisirut Tafasir, al Jazairi, hal 69 juz 2)

Dari keterangan diatas bisa kita ambil kesimpulan bahwa diantara sebab kekalahan kaum muslimin ketika perang hunain adalah Sombong dan Ujub (bangga diri) dengan jumlah yang dimiliki. Makanya Allah melarang hal itu walaupun kepada musuh/orang-orang kafir.

وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ خَرَجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ بَطَرًا وَرِئَاءَ النَّاسِ
dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya' kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah. dan (ilmu) Allah meliputi apa yang mereka kerjakan.” (Qs. Al Anfal : 47)

Gambaran lain yang Allah abadikan tentang kekalahan kaum muslimin adalah ketika peristiwa perang uhud. Allah swt berfirman :

وَلَقَدْ صَدَقَكُمُ اللَّهُ وَعْدَهُ إِذْ تَحُسُّونَهُمْ بِإِذْنِهِ حَتَّى إِذَا فَشِلْتُمْ وَتَنَازَعْتُمْ فِي الْأَمْرِ وَعَصَيْتُمْ مِنْ بَعْدِ مَا أَرَاكُمْ مَا تُحِبُّونَ مِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الدُّنْيَا وَمِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الْآخِرَةَ ثُمَّ صَرَفَكُمْ عَنْهُمْ لِيَبْتَلِيَكُمْ وَلَقَدْ عَفَا عَنْكُمْ وَاللَّهُ ذُو فَضْلٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ
dan Sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada sa'at kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu[237] dan mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai[238]. di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan diantara kamu ada orang yang menghendaki akhirat. kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka[239] untuk menguji kamu, dan sesunguhnya Allah telah mema'afkan kamu. dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang orang yang beriman.” (Qs. Ali Imran : 152)

Imam Syaukani menjelaskan “Ayat ini turun berkenaan dengan sebagian kaum muslimin yang berkata “oleh sebab apa kita ditimpa musibah ini…? Padahal Allah sudah menjanjikan kemenangan”. Ternyata kemenangan yang diraih kaum muslimin waktu itu adalah diawal pertempuran dengan terbunuhnya pembawa bendera kaum musyrikin dan 9 setelahnya. Tapi ketika mereka sibuk dengan ghanimah yang menyebabkan para pemanah turun meninggalkan posisi, maka saat itulah barisan kaum muslimin porak-poranda ( Tafsir Fath al Qadir, Imam Syaukani, hal 35 juz 2).

7. Hikmah ke tujuh: Ujian dan cobaan adalah salah satu cara atau metode  Allah ta'ala untuk mendidik hamba hambanya menjadi cerdas untuk menjadi para pejuangnya yang akan mengemban tugas risalah risalahnya.
lihatlah sejarah Nabi kita semenjak kecil hingga meninggal dunia penuh dengan ujian dan cobaan dalam perjalanan dakwahnya, semenjak kecil ia telah menjadi yatim piatu di tinggal mati ayah dan bundanya, sebagimana firmannya:
“Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bimbang, lalu Dia memberikan petunjuk. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan”(QS.Adh-Dhuha: 6 – 8).
Tenyata kepribadian yang penuh dengan ujian dan cobaan telah mejadikan sosok Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadi sosok teladan dan meiliki akhlak yang sangat mulia, di antarnya peduli terhadap sesama, dan berkasih sayang terhadap anak-anak yatim dan orang-orang miskin, serta senantiasa mensyukuri nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana firmanNya:
 “Adapun terhadap anak yatim, maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang. Dan terhadap orang yang meminta-minta, maka janganlah kamu menghardiknya. Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur) (QS.Adh-Dhuha: 9 – 11).
Inilah sebuah tarbiyah Ilahiah (pendidikan dari Tuhan) yang Allah anugerahkan kepada Nabiyyur-Rahmah (sang nabi yang menebarkan rahmat).

8. Hikmah ke delapan: Ujian dan cobaan dapat meyingkap rahasia dunia dan hakikat kenikmatannya yang menipu, bahwa tidak ada kehidupan yang lebih layak dan baik  kecuali kehidupan surga di akhirat, tempat yang tidak akan di temui kepenatan dan keperitan hidup
Allah ta'ala berfirman: "Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main belaka. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.( Al Ankabut 64)
Allah ta'ala berfirman: “Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (QS ArRuum ayat 7)
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ’anhu pernah berkata: ”Bilamana manusia menemui ajalnya, maka saat itulah dia bangun dari tidurnya”. Sungguh tepat ungkapan beliau ini. Sebab kelak di akhirat nanti manusia akan menyadari betapa menipunya pengalaman hidupnya sewaktu di dunia. Baik sewaktu di dunia ia  menikmati kesenangan maupun menjalani penderitaan
Perhatikanlah baik-baik hadits di bawah ini:
“Pada hari kiamat didatangkan orang yang paling nikmat hidupnya sewaktu di dunia dari penghuni neraka. Lalu ia dicelupkan ke dalam neraka sejenak. Kemudian ia ditanya: ”Hai anak Adam, pernahkah kamu melihat suatu kebaikan, pernahkah kamu merasakan suatu kenikmatan?” Maka ia menjawab: ”Tidak, demi Allah, ya Rabb.” Dan didatangkan orang yang paling menderita sewaktu hidup di dunia dari penghuni surga. Lalu ia dicelupkan ke dalam surga sejenak. Kemudian ditanya: ”Hai anak Adam, pernahkah kamu melihat suatu kesulitan, pernahkah kamu merasakan suatu kesengsaraan?” Maka ia menjawab: ”Tidak, demi Allah, ya Rabb. Aku tidak pernah merasakan kesulitan apapun dan aku tidak pernah melihat kesengsaraan apapun.” (HR Muslim 5018)

9. Hikmah ke sembilan: Ujian dan cobaan akan membawa seorang hamba Allah lebih mengetahui kebesaran dan keagungan nikmat Allah sehingga dapat mensyukuri ni'mat Allah ta'ala. karena seseorang tidak akan merasakan nikmat sehat kecuali ia sudah merasakan sakit, sebagai mana seseorang akan merasakan nikmat aman setelah merasakan hidup dalam kekacauan, atau merasakan nikmat hujan setelah merasakan kekeringan dan seterusnya.

Allah ta'ala berfirman: "Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari nikmat Allah." (QS. Ibrahim : 34)
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam Bersabda:  Dua nikmat yang banyak manusia tertipu dengan keduanya, yaitu nikmat sehat dan waktu luang. ”  Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 6412), at-Tirmidzi (no. 2304), Ibnu Majah (no. 4170), Ahmad (I/258,344), ad-Darimi (II/297), al-Hakim (IV/306), dan selainnya dari Shahabat Ibnu ‘Abbas radhiyallaahu ‘anhuma.

10. Hikmah ke sepuluh: Ujian dan cobaan bagi hamba yang beriman dengan janji janji Allah ta'ala, akan  semakin menambah kerinduan dan menanamkan harapan besar untuk segera menempati surga Allah ta'ala yang penuh kenikmatan di dalamnya, sehingga dia akan berupaya dan berjuang untuk meraihnya.
ketahuilah wahai sodaraku Kenikmatan surga adalah kenikmatan yang tidak bisa dijangkau indera manusia. Tidak ada kenikmatan dunia yang setara dengan kenikmatan surga. Rasulullah bersabda dalam hadits qudsi, “Allah berfirman, ‘Aku siapkan untuk hamba-hamba-Ku yang shalih apa yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah terlintas dalam hati manusia” (HR. Bukhari).
Waullahu 'Alam...........

(Di susun: Abu Humairoh al batamy 26/8/13 Batam darul hadits)
 

06 August 2013

Letak doa iftitah dalam shalat ied



Di manakah letak doa iftitah dalam shalat ied? apakah setelah takbirotulihrom atau setelah menyelesaikan semua takbir  tambahan yang 7 x?

Ada dua pendapat dalam masah ini.

1.Pendapat peretama: Pendapat Imam Auza'i, dan satu riwayat dari Imam Ahamd bahwa letak doa iftitah dalam shalat ied adalah setelah selesai semua takbir  tambahan yang 7 x.

2. Pendapat kedua: Pendapat Imam Syafi'i dan satu riwayat lain dari Imam Ahmad bahwa letak doa iftitah dalam shalat ied adalah setelah selesai takbirotulihrom. dan ini adalah pendapat yang kuat sebagaimana di kuatkan oleh Ibnu Qudamah dalam kitabnya Al Mugny 3/273, alasan yang kuat kenapa doa iftitah dalam shalat ied di letakkan setelah selesai takbirotulihrom. karena  doa iftitah  adalah doa pembuka shalat maka di baca sebagimana shalat shalat yang lainnya yaitu di baca setelah selesai takbirotulihrom  waullahu 'Alam 

(Lihat Al Mugny 3/273)

(Abu Humairoh Al batamy, markaz darul hadits  Batam  28 ramadhan 1434 H.)