10 Hikmah di balik ujian dan cobaan
Ujian dan cobaan
hidup merupakan Sunnatullah, dimana manusia pada satu waktu akan mengalami
keperitan dan kesusahan hidup, atau di hadapkan kepada ujian ujian yang susah
seseorang untuk mengelakkannya dan itu adalah satu ketetapan dan hukum Allah
yang bersifat pasti dan tetap, berlaku kepada siapapun, kapan dan di mana pun
manusia berada, sebagaimana Allah subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka
dibiarkan (saja) mengatakan : "Kami telah beriman", sedang mereka
tidak diuji lagi?” [Al-Ankabut: 2]
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan
kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan
buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”(Al
Baqoroh: 155)
“Tiap-tiap yang
berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan
kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu
dikembalikan” (Al Anbiya: 35)
Hikmah di balik
ujian
1. Hikmah yang
pertama: Dengan adanya ujian dan cobaan yang Allah ta'ala turunkan kepada hamba
hambanya agar Allah ta'ala semakin mengetahui siapa di antara hamba hambanya
yang benar benar berada di atas kesabaran dan siapa di antara hamba hambanya yang
berada dalam keputus asaan.
Allah Ta’ala berfirman :
Artinya “Dan
sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang sabar”. (QS.Al-Baqarah: 155)
Dan perhatikanlah
firmannya:" dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar” (QS.Al-Baqarah:
155) yaitu orang orang yang terus
di atas kesabaran ketika tertimpa musibah dan cobaan
oleh karenannya Nabi shalaullauhu 'alahi
wasallam bersabda:
“Sungguh mengherankan perkaranya orang mukmin, karena setiap perkaranya akan
baik baginya, apabila dia mendapatkan kenikmatan maka dia bersyukur dan itu
baik bagi dia, dan apabila ia mendapatkan musibah maka ia bersabar maka itupun
baik bagi dia” (HR Bukhari)
2. Hikmah yang ke
dua: Dengan adanya ujian dan cobaan yang Allah ta'ala turunkan kepada hamba hambanya
agar Allah ta'ala mengetahui siapa yang
masih teguh di atas aqidah dan keimanannya di mana orang orang yang sabar dalam
menghadapi ujian dan cobaan mereka pasti akan mengembalikan semua urusannya
kepada Allah ta'ala akan tetapi mereka yang runtuh aqidah dan keimannya, mereka
akan berpaling dari jalan Allah ta'ala sehingga mereka akan mencari tambatan selain
Allah seperti bergantung kepada kuburan
kuburan, jin jin, tangkal tangkal, dukun dukun, tempat tempat keramat dan lain
lain.
Dan golongan yang kedua yaitu orang orang yang
runtuh aqidahnya sehingga lari dan bergantung kepada kuburan kuburan, jin jin,
tangkal tangkal, dukun dukun, tempat tempat keramat dan lain lain. Adalah orang
orang yang melupakan Allah ta'ala sehingga di lupakan Allah, bahwa segala sesuatu tidak terjadi kecuali
atas izin Allah ta'ala
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman : “Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada
dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah”. (QS.
Al-Hadid : 22).
“Tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang melainkan dengan
izin Allah” (QS. At-Taghaabun : 11).
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda : “Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menetapkan semua takdir seluruh makhluk
sejak lima puluh ribu tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi”. (HR.
Muslim no. 2653).
Maka
selayaknya seorang yang telah meyakini bahwa segala sesuatu terjadi atas izin
Allah ta'ala mengembalikan segalanya kepada Allah ta'a'a, dan itu adalah jalan
terbaik karena di tangan nyalah masalah dan solusinya
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman : “Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila
ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu
(manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang
lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya)” (QS an Naml:62).
Sebaliknya jika permasalahan hidup yang di alami
seseorang di kembalikan kepada selain Allah sungguh mereka tidak akan sanggup
untuk mengeluarkan siapapun dari kesulitan dan cobaan yang sedang di hadapinya
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman
“Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu; dan kalau
mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. Dan di hari
kiamat mereka akan mengingkari kemusyirikanmu dan tidak ada yang dapat memberi
keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui. Hai
manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya
(tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.” (QS. Fathir: 14-15).
Oleh karena nya para nabi telah
memberikan teladan terbaik kepada kita, agar segala sulitan dan cobaan hidup di
hadapi dengan mengembalikan segala urusannya kepada Allah ta'ala.
Allah ta'ala berfirman dalam Al-Quran mengkisahkan
tentang Nabi Ayyub : “(ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya:
"(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah
Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang". (QS. Al-Anbiya: 83)
Lihat
pula sosok Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam. Beliau
diuji dengan perintah (melalui mimpi) untuk menyembelih putranya sendiri.
Padahal beliau sangat mencintai putranya, bahkan beliau pernah merasakan
tekanan jiwa yang sangat pelik ketika harus meninggal putranya dalam keadaan
masih bayi bersama ibunya, di lembah lembah Bakkah (Makkah) yang disifati
dengan perkataan “bi waadin ghairi dzi zar’in”
(di sebuah lembah yang tidak ada tanam-tanaman padanya). [Lihat Surat Ibrahim:
37]. Namun ketika beliau berhasil melewati ujian paling pelik dalam sejarah
manusia ini, beliau pun mendapat pujian sangat tinggi dari Allah Ta’ala.
Dalam
Al Qur’an disebutkan: “Wa tarakna ‘alaihi fil akhirin,
salamun ‘ala Ibrahim, ka dzalika naj-zil muhsinin, innahu min ‘ibadinal
mu’miniin” [Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian yang baik) di
kalangan manusia-manusia di kemudian hari, keselamatan bagi Ibrahim,
demikianlah Kami memberi balasan orang-orang yang berbuat ihsan, dan
sesungguhnya Ibrahim termasuk di antara hamba-hamba Kami yang beriman]. Surat
As Shaffat: 108-111. Nabi Ibrahim mendapat julukan Khalilullah
(kekasih Allah) salah satunya ialah karena ketabahan-ketabahannya menghadapi
ujian Allah.
3. Hikmah yang
ke tiga: Banyak faidah yang akan di dapat oleh orang yang mendapat ujian dan
cobaan kemudian sabar dalam menghadapinya salah satunya Allah ta'ala akan
menghapuskan kesalahan kesalahannya dan mengangkat derajatnya, dan hal ini
hanya dapat di lakukan oleh orang orang yang betul betul mentauhidkan Allah
ta'ala dan mengikhlaskan ibadah hanya kepadanya.
Allah ta'ala berfirman: “Dan apa saja
musibah yang menimpamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu
sendiri,dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS.Asy-Syura:30)
Dari Sahabat Abu Hurairah dan Abu Sa’id radiallahuanhu : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:“Tidaklah seorang muslim ditimpa keletihan, penyakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, kegundah gulanaan hingga duri yang menusuknya melainkan Allah akan menghapuskan sebagian dari kesalahan-kesalahannya. (HR. Bukhari)
Dari Sahabat Abu Hurairah dan Abu Sa’id radiallahuanhu : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:“Tidaklah seorang muslim ditimpa keletihan, penyakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, kegundah gulanaan hingga duri yang menusuknya melainkan Allah akan menghapuskan sebagian dari kesalahan-kesalahannya. (HR. Bukhari)
Dari Saad bin Abi Waqqash ia mengungkapkan:
“Aku pernah bertanya, “Wahai
Rasululloh! Siapakah orang yang paling berat cobaannya?” Beliau menjawab: “Para
nabi, kemudian orang-orang shalih, kemudian yang sesudah mereka secara berurut
menurut tingkat keshalihannya. Seseorang akan diberi ujian sesuai dengan kadar
agamanya. Bila ia kuat, akan ditambah cobaan baginya. Kalau ia lemah dalam
agamanya, akan diringkankan cobaan baginya. Seorang mukmin akan tetap diberi
cobaan, sampai ia berjalan di muka bumi ini tanpa dosa sedikitpun.” (HR.
Al-Bukhari)
“Tidaklah seorang muslim tertusuk duri
atau yang lebih dari itu,melainkan ditetapkan baginya dengan sebab itu satu
derajat dan dihapuskan pula satu kesalahan darinya” (HR.Muslim).
4. Hikmah ke empat:
Allah ta'ala akan melipat gandakan pahala dan ganjaran bagi orang yang sabar
dan pasrah akan segala ketentuan Allah ta'ala baik yang baik ataupun yang
buruk, baik berupa ni'mat atau pun musiabah ujian dan cobaan
Dari Saad bin Abi Waqqash ia
mengungkapkan: “Aku pernah bertanya,
“Wahai Rasululloh! Siapakah orang yang paling berat cobaannya?” Beliau
menjawab: “Para nabi, kemudian orang-orang shalih, kemudian yang sesudah mereka
secara berurut menurut tingkat keshalihannya. Seseorang akan diberi ujian
sesuai dengan kadar agamanya. Bila ia kuat, akan ditambah cobaan baginya. Kalau
ia lemah dalam agamanya, akan diringkankan cobaan baginya. Seorang mukmin akan
tetap diberi cobaan, sampai ia berjalan di muka bumi ini tanpa dosa
sedikitpun.” (HR. Al-Bukhari)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya besarnya balasan tergantung besarnya ujian, dan sesungguhnya Allah Ta'ala apabila mencintai suatu kaum maka Allah akan menguji mereka (dengan suatu musibah), maka barangsiapa yang ridha maka baginya keridhaan (dari Allah) dan barangsiapa yang marah maka baginya kemarahan (Allah)." (HR. At-Tirmidzi no.2396 dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ánhu, lihat Silsilah Ash-Shahiihah no.146)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, maka didahulukan baginya hukuman di dunia (berupa musibah dan kesusahan agar terhapus dosa-dosanya), dan apabila Dia menghendaki keburukan pada hamba-Nya, maka Dia akan menahan darinya (membiarkannya) dengan dosa-dosanya sehingga (dosa-dosa tersebut) dibalas pada hari kiamat”. (H.R. Turmudzi, dia berkata: Hadis Hasan).
5. Hikmah ke lima:
Dengan adanya ujian dan cobaan seorang hamba yang mu'min akan semakin sadar
bahwa keduanya datang salah satu penyebabnya adalah kemaksiatan dan perbuatan
dosa yang dilakukan hamba terhadap robbnya, sehingga seorang mu'min akan bersegera
bergegas untuk bertaubat dan mengingat Allah ta'ala kembali, betapa banyak orang
yang sadar dan bertaubat setelah di timpa ujian dan cobaan dan itu bisa kita rasakan
dan saksikan.
Ibnul Qayyim –rahimahullah dalam kitabnya
Ad-Da’ Wa Ad-Dawa’ menyebutkan riwayat-riwayat berikut ini (hlm 72-74): Ibnu
Abi Ad-Dunya –rahimahullah meriwayatkan dari Anas bin Malik –radhiallahu anhu,
bahwasanya beliau dan seorang lagi masuk menemui ummulmu'minin
‘Aisyah –radhiallahu anha, lalu orang tersebut berkata: “Wahai Ummul
Mukminin! Beritahukanlah kepada kami tentang gempa.”
Maka ‘Aisyah –radhiallahu anha menjawab:
“Apabila mereka telah memperbolehkan perzinahan, meminum khamer, memainkan alat
musik, maka Allah –subhanahu wa ta’ala marah di langitNya dan berfirman kepada
bumi: “Bergoncanglah atas mereka! Jika mereka bertaubat dan meninggalkan
perbuatan tersebut (berhentilah), jika tidak, maka hancurkanlah mereka!”
Orang tersebut berkata: “Wahai Ummul Mukminin! Apakah itu adzab atas mereka?” Beliau menjawab: “Itu adalah peringatan dan rahmat bagi orang-orang beriman, dan hukuman, adzab serta murka atas orang-orang kafir.”
Orang tersebut berkata: “Wahai Ummul Mukminin! Apakah itu adzab atas mereka?” Beliau menjawab: “Itu adalah peringatan dan rahmat bagi orang-orang beriman, dan hukuman, adzab serta murka atas orang-orang kafir.”
Berkata Anas –radhiallahu anhu: “Aku
tidak pernah mendengar hadis sepeninggal Rasulullah –sallallahu ‘alaihi wa ‘ala
alihi wasallam yang lebih menyenangkanku daripada hadis ini.”
Imam Ahmad bin Hanbal –rahimahullah
meriwayatkan dari Shafiyyah –radhiallahu anha, beliau berkata: “Bumi bergoncang
di Madinah pada masa Umar –radhiallahu anhu, lalu beliau berkata: “Wahai
manusia! Ada apa ini? Alangkah cepat penyimpanganmu! Kalau sekiranya bumi telah
kembali seperti semula aku tidak akan tinggal bersamamu di sana.”
Berkata Ka’ab –rahimahullah:
“Sesungguhnya terjadinya gempa bumi adalah apabila dilakukan kemaksiatan di
atasnya, lalu bumipun bergetar takut apabila Allah-subhanahu wa ta’ala
mengetahuinya.” (Riwayat-riwayat diatas tidak diberi komentar oleh pentahqiq
kitab tersebut Syaikh Ali Hasan)
6. Hikmah ke
enam: Ujian dan cobaan dapat menghilangkan perasaan ujub dan takabbur (bangga
diri dan kesombongan)
Allah ta'ala berfirman menjelaskan
tentang kekalahan para sahabat di perang hunain:
لَقَدْ نَصَرَكُمُ
اللَّهُ فِي مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ
كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئًا وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الْأَرْضُ
بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُدْبِرِينَ
“Sesungguhnya
Allah telah menolong kamu (hai Para mukminin) di medan perang yang banyak, dan
(ingatlah) peperangan Hunain, Yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena
banyaknya jumlah (mu), Maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat
kepadamu sedikitpun, dan bumi yang Luas itu telah terasa sempit olehmu,
kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai.” (Qs. At Taubah :
25)
Abu Bakar al
Jazairi mengatakan “Ingatlah ketika kalian memerangi kabilah hawazin, sebagai
nostalgia tentang kekalahan yang menimpa kaum muslimin yang disebabkan karena
kesalahan diantara mereka yakni sombong dan tertipu dengan banyaknya jumlah.
“Hari ini kita tidak akan dikalahkan di lembah ini” kata mereka, hingga ketika
para musuh melemparkan manjaniq dan anak panah sedangkan kaum muslimin tidak
tahu bagaimana menangkisnya seakan bumi ini menjadi sempit. Kemudian merekapun berbalik
lari kebelakang dengan bercerai berai, dan hampir tidak ada yang tetap teguh
kecuali Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam. (Aisirut Tafasir,
al Jazairi, hal 69 juz 2)
Dari keterangan diatas bisa kita ambil
kesimpulan bahwa diantara sebab kekalahan kaum muslimin ketika perang hunain
adalah Sombong dan Ujub (bangga diri) dengan jumlah yang dimiliki. Makanya
Allah melarang hal itu walaupun kepada musuh/orang-orang kafir.
وَلَا تَكُونُوا
كَالَّذِينَ خَرَجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ بَطَرًا وَرِئَاءَ النَّاسِ
“dan janganlah kamu menjadi
seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan
maksud riya' kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah. dan
(ilmu) Allah meliputi apa yang mereka kerjakan.” (Qs. Al Anfal : 47)
Gambaran lain yang Allah abadikan tentang
kekalahan kaum muslimin adalah ketika peristiwa perang uhud. Allah swt
berfirman :
وَلَقَدْ صَدَقَكُمُ
اللَّهُ وَعْدَهُ إِذْ تَحُسُّونَهُمْ بِإِذْنِهِ حَتَّى إِذَا فَشِلْتُمْ
وَتَنَازَعْتُمْ فِي الْأَمْرِ وَعَصَيْتُمْ مِنْ بَعْدِ مَا أَرَاكُمْ مَا
تُحِبُّونَ مِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الدُّنْيَا وَمِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الْآخِرَةَ
ثُمَّ صَرَفَكُمْ عَنْهُمْ لِيَبْتَلِيَكُمْ وَلَقَدْ عَفَا عَنْكُمْ وَاللَّهُ
ذُو فَضْلٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ
“dan Sesungguhnya Allah telah
memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya
sampai pada sa'at kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu[237] dan
mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang
kamu sukai[238]. di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan diantara kamu
ada orang yang menghendaki akhirat. kemudian Allah memalingkan kamu dari
mereka[239] untuk menguji kamu, dan sesunguhnya Allah telah mema'afkan kamu.
dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang orang yang beriman.”
(Qs. Ali Imran : 152)
Imam Syaukani menjelaskan “Ayat ini turun berkenaan dengan sebagian kaum
muslimin yang berkata “oleh sebab apa kita ditimpa musibah ini…? Padahal Allah
sudah menjanjikan kemenangan”. Ternyata kemenangan yang diraih kaum muslimin
waktu itu adalah diawal pertempuran dengan terbunuhnya pembawa bendera kaum
musyrikin dan 9 setelahnya. Tapi ketika mereka sibuk dengan ghanimah yang menyebabkan
para pemanah turun meninggalkan posisi, maka saat itulah barisan kaum muslimin
porak-poranda
( Tafsir Fath al Qadir, Imam Syaukani, hal 35 juz 2).
7. Hikmah ke tujuh: Ujian dan cobaan
adalah salah satu cara atau metode Allah
ta'ala untuk mendidik hamba hambanya menjadi cerdas untuk menjadi para pejuangnya
yang akan mengemban tugas risalah risalahnya.
lihatlah sejarah Nabi kita semenjak kecil
hingga meninggal dunia penuh dengan ujian dan cobaan dalam perjalanan
dakwahnya, semenjak kecil ia telah menjadi yatim piatu di tinggal mati ayah dan
bundanya, sebagimana firmannya:
“Bukankah
Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu. Dan Dia
mendapatimu sebagai seorang yang bimbang, lalu Dia memberikan petunjuk. Dan Dia
mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan
kecukupan”(QS.Adh-Dhuha: 6 – 8).
Tenyata
kepribadian yang penuh dengan ujian dan cobaan telah mejadikan sosok Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadi sosok teladan dan meiliki akhlak yang
sangat mulia, di antarnya peduli terhadap sesama, dan berkasih sayang terhadap
anak-anak yatim dan orang-orang miskin, serta senantiasa mensyukuri nikmat
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana firmanNya:
“Adapun terhadap anak yatim, maka janganlah
kamu berlaku sewenang-wenang. Dan terhadap orang yang meminta-minta, maka
janganlah kamu menghardiknya. Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu
menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur) (QS.Adh-Dhuha: 9 – 11).
Inilah
sebuah tarbiyah Ilahiah (pendidikan
dari Tuhan) yang Allah anugerahkan kepada Nabiyyur-Rahmah
(sang nabi yang menebarkan rahmat).
8. Hikmah ke
delapan: Ujian dan cobaan dapat meyingkap rahasia dunia dan hakikat
kenikmatannya yang menipu, bahwa tidak ada kehidupan yang lebih layak dan baik kecuali kehidupan surga di akhirat, tempat
yang tidak akan di temui kepenatan dan keperitan hidup
Allah ta'ala berfirman: "Dan
tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main belaka. Dan
sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka
mengetahui.( Al Ankabut 64)
Allah ta'ala berfirman: “Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari
kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (QS
ArRuum ayat 7)
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ’anhu pernah berkata: ”Bilamana manusia menemui ajalnya, maka saat
itulah dia bangun dari tidurnya”. Sungguh tepat ungkapan beliau ini.
Sebab kelak di akhirat nanti manusia akan menyadari betapa menipunya pengalaman
hidupnya sewaktu di dunia. Baik sewaktu di dunia ia menikmati kesenangan
maupun menjalani penderitaan
Perhatikanlah
baik-baik hadits di bawah ini:
“Pada hari kiamat didatangkan orang yang paling nikmat hidupnya sewaktu
di dunia dari penghuni neraka. Lalu ia dicelupkan ke dalam neraka sejenak.
Kemudian ia ditanya: ”Hai anak Adam, pernahkah kamu melihat suatu kebaikan,
pernahkah kamu merasakan suatu kenikmatan?” Maka ia menjawab: ”Tidak, demi
Allah, ya Rabb.” Dan didatangkan orang yang paling menderita sewaktu hidup di
dunia dari penghuni surga. Lalu ia dicelupkan ke dalam surga sejenak. Kemudian
ditanya: ”Hai anak Adam, pernahkah kamu melihat suatu kesulitan, pernahkah kamu
merasakan suatu kesengsaraan?” Maka ia menjawab: ”Tidak, demi Allah, ya Rabb.
Aku tidak pernah merasakan kesulitan apapun dan aku tidak pernah melihat
kesengsaraan apapun.” (HR Muslim 5018)
9. Hikmah ke
sembilan: Ujian dan cobaan akan membawa seorang hamba Allah lebih mengetahui
kebesaran dan keagungan nikmat Allah sehingga dapat mensyukuri ni'mat Allah
ta'ala. karena seseorang tidak akan merasakan nikmat sehat kecuali ia sudah
merasakan sakit, sebagai mana seseorang akan merasakan nikmat aman setelah
merasakan hidup dalam kekacauan, atau merasakan nikmat hujan setelah merasakan
kekeringan dan seterusnya.
Allah ta'ala berfirman: "Dan Dia telah
memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu
menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya
manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari nikmat Allah." (QS. Ibrahim : 34)
Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam Bersabda: “ Dua
nikmat yang banyak manusia tertipu dengan keduanya, yaitu nikmat sehat dan
waktu luang. ” Hadits shahih:
Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 6412), at-Tirmidzi (no. 2304), Ibnu Majah
(no. 4170), Ahmad (I/258,344), ad-Darimi (II/297), al-Hakim (IV/306), dan
selainnya dari Shahabat Ibnu ‘Abbas radhiyallaahu ‘anhuma.
10. Hikmah
ke sepuluh: Ujian dan cobaan bagi hamba yang beriman dengan janji janji Allah
ta'ala, akan semakin menambah kerinduan
dan menanamkan harapan besar untuk segera menempati surga Allah ta'ala yang
penuh kenikmatan di dalamnya, sehingga dia akan berupaya dan berjuang untuk meraihnya.
ketahuilah
wahai sodaraku Kenikmatan surga adalah kenikmatan yang tidak bisa dijangkau
indera manusia. Tidak ada kenikmatan dunia yang setara dengan kenikmatan surga.
Rasulullah bersabda dalam hadits qudsi, “Allah berfirman, ‘Aku siapkan untuk hamba-hamba-Ku yang shalih apa yang belum pernah
dilihat oleh mata, belum pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah
terlintas dalam hati manusia” (HR. Bukhari).
Waullahu
'Alam...........
(Di susun: Abu
Humairoh al batamy 26/8/13 Batam darul hadits)
No comments:
Post a Comment